
Robert Fanggidae
Robert Fanggidae
Komunikasi dengan Pembeli untuk Meminta Masukan
Opening Ayam Goreng Fatmawati Grand Mal Bekasi
Jum’at, 2 April 2010 Ayam Goreng Fatmawati kembali membuka cabang di lokasi terbaru : Textum Foodcourt-Grand Mal Bekasi. Suasana foodcourt yang nyaman dengan paduan kursi dan sofa membuat foodcourt textum tidak seperti foodcourt pada umumnya. Layaknya sebuah restoran yang mengutamakan kenyamanan bagi setiap pengunjung yang akan menikmati hidangan yang diberikan masing-masing outlet disana.
Ayam Goreng Fatmawati hadir di Textum sebagai salah satu brand yang dikenal luas masyarakat Bekasi dengan menu andalah Ayam goreng, sayur asem dan siop iga. Bagi yang tidak punya waktu merkunjung ke Lt. 4 Grand Mal Bekasi, kami melayani delivery service di nomor 021-864 9649 kami siap melayani delivery di Bekasi dan sekitarnya.
Lagi, Ayam Goreng Fatmawati menjadi objek yang menarik untuk liputan majalah kuliner online di Malaysia. Jika sebelumnya Ayam Goreng Fatmawati cabang Damansara Perdana-Petaling Jaya-Kuala Lumpur-Malaysia ini diliput oleh Foodster, saat ini diliput “EATS” dengan tagline-nya “the good food guide”. Pak Januar-pun (franchisee) ikut nampang di majalah tersebut. Semoga berdampak baik bagi perkembangan Ayam Goreng Fatmawati di Malaysia. Berikut isi liputan tersebut :
MELIHAT papan tanda bertulis masakan asli Indonesia yang tertera pada papan tanda Restoran Ayam Goreng Fatmawati di Damsara Perdana, penulis mengagak masakan yang dihidangkan ialah sajian Padang.
Namun, apabila meneliti menu disenaraikan, ternyata sangkaan penulis jauh meleset. Tiada gulai lemak atau kerutuk seperti lazimnya dihidangkan di restoran masakan Padang.
Melayani Tamu
Sebaliknya, antara sajian istimewa di restoran berkenaan ialah soto, ayam kampung, ikan bakar, sup iga (tulang rusuk) dan sup ekor.
Mendapatkan penjelasan lanjut daripada pemilik restoran, Januar Parlaungan, 33, baru penulis tahu restoran berkenaan meyajikan masakan Sunda.
Kebanyakkan masakan disediakan dalam set, misalnua set soto mengandugi soto ayam atau daging, emping dan pilihan teh O ais atau sirap.
Set ayam kampung pula disertkan taju dan tempe, set sup iga disertakan nasi, ulam, emping dan minuman manakala set bawal dilengkapi bawak bkar, nasi, tauhu dan tempe, sup kosong dan minuman.
Sebayak 34 menu masakan Sunda disediakan menerusi restoran berkonsep francais dari Indoensia itu. Setiap masakan mempunyai bumbu sendiri yang didatangkan dari cawangan restoran itu di Indnesia bagi mengekalan rasa dan standard di semua cawangan.
Pak Januar, The Owner
Walaupun tujuan membuka restoran masakan Sunda ialah memenuhi permintaan rang Indonesia yang mhukan masakan asli negara itu disini, kira-kira 80 peratus pelanggan adalah penduduk tempatan.
\”Ciri masakan Sunda adalah makanannya ringkas dan banyak menggunakan sos kacang (kuah kacang). Masakannya tidak pedas tetapi dimakan bersama sambnal selain dilengkapi ulam seperti timun, salad, kacang panjang dan kubis.
\”Di Indonesia, ulam lain seperti daun kemangi dan terung pipit turut menjadi kesukaan, tetapi restoran ini tidak menyediakan ulam itu kerana sukar didapati di sini,\” katanya.
Dibuka sejak September tahun lalu, cawangan Restoran Ayam Goreng Fatmawati pertama di negara ini turut menyediakan sup kosong bagi disesuaikan dengans elera tempatan. Restoran Ayam Kampung Fatmawati yang muka dibuka 23 tahun lalu kini mempunyai 60 cawangan.
\”Saya membuka restoran ini bersama rakan kongsi iaitu penduduk tempatan. Selepas sebulan membuka restoran ini, baru kami menyedari perlunya menyediakan sup kosong kerana ramai pelanggan beryanya, \’mana sup kosong\’?
\”Rupa-rupanya orang di sini gemar makan makanan disertakan kuah berbanding di sana yang lebg gemar makana tanpa kuah,\” katanya.
Dibuka dari jam 11.30 pagi hingga 10.00 malam, restoran ini menyediakan hidangan tengah hari, petang dan malam.
Menurutnyam antara menu popular ialah set soto yang sering dipesan pelanggan perempuan selain set ayam kampung bakar atau goreng, bawal bakar dan sup iga.
\”Soto dimakan bersama sambal bajak iairu sambal goreng campuran cili besar, dan cili padi, buah keras, daun salam dan serai. Kami turut menyediakan sambal kicap berdasaikan permintaan pelanggan. Ia diadun dengan potong cili padi, kicap, tom,ati dan bawang.
\”Selain itu, set ayam kampung ada dua pilihan samabal iaitu sambal bajak atau sambal belacan. Selain nasi kukus menjadi sajian dalam set pelanggan bolen memesan nasi timbel iaitu nasi yang dikukus dalam daun pisang. Rasa dan aroma daun pisang itu pasti membangkitkan selera,\” katanya.
Nasi putih kukus dijual dengan harga RM1.50 manakala nasi timbel RM2. Restoran itu turut turut menyajikan nasi goreng berharga RM5 dengan ramuan siap dari dapur berpusat restoran itu di Indonesia. Pelanggan boleh memilih sama ada nasi goreng ayam, makanana laut atau hati dan pedal. Jika mahukan semua campuran berkenaan yang juga dipanggil \’nasi goreng gila\’, mereka perlu menambah RM1.
Januar berkata, antara masakan Sunda lain ialah sayur asem iaitu masakan tradisional seperti \’bening\’ atau sayur rebus yang dibubuh labu, kacang panjang, kacang tanah, mangga muda dan jagung serta asam jawa dan bawang kecil. Bagaimanapun, menu ini kurang sesuai dengan selera masyarakat di sini.
Daftar Harga
Kota Cirebon adalah sebuah kota mandiri terbesar kedua di Provinsi Jawa Barat, setelah ibukota Jawa barat, yakni Kota Bandung. Kota ini berada di pesisir Laut Jawa, di jalur pantura. Jalur Pantura Jakarta – Cirebon – Semarang merupakan jalur terpadat di Indonesia. Kota Cirebon juga adalah kota terbesar keempat di wilayah Pantura setelah Jakarta, Surabaya, dan Semarang.
Karena letaknya yang sangat strategis yakni di persimpangan antara Jakarta, Bandung, dan Semarang, menjadikan kota cirebon sangat cocok dan potensial untuk berinvestasi dalam segala bidang investasi seperti hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan baru, pendidikan. Sehingga Kota Cirebon merupakan pilihan yang sangat tepat untuk berinvestasi. Dengan didukung oleh kegiatan ekonomi yang baik dan terpadu menjadikan Kota Cirebon berkembang menjadi Kota METROPOLITAN ketiga di Jawa Barat setelah metropolitan BoDeBeK( Bogor, Depok, Bekasi) yang merupakan hinterland / kota penyangga bagi ibukota Jakarta dan Metropolitan Bandung.
Kota Cirebon merupakan pusat bisnis, Industri, dan jasa di wilayah Jawa Barat bagian timur dan utara. Banyak sekali Industri baik skala kecil, menengah, dan besar menanamkan modalnya di kota wali, Cirebon. Dengan didukung oleh banyaknya orang – orang yang bekerja, beraktifitas dan menuntut ilmu di Kota Cirebon, sekitar kurang lebih 1 juta orang, Menjadikan kota Cirebon lebih hidup. Pembangunan di Kota Cirebon juga menggeliat dan menunjukkan respons positif, hal ini terbukti dengan banyaknya bangunan – bangunan besar dan tinggi yang berada di jalan – jalan utama kota Cirebon. (wikipedia.org)
Tepat hari Kamis, 7 Januari 2010, Ayam Goreng Fatmawati resmi dibuka di kota bersejarah ini. Tak hanya bersejarah bagi perkembangan kehidupan berbangsa dengan didirikannya kerajaan Cirebon, namun juga kota ini adalah kota kelahiran Ibu Fatmawati founder Restoran Ayam Goreng Fatmawati.
Ayam Goreng Fatmawati cabang Cirebon dibuka di Jl. Pemuda No. 49, jalan yang sangat padat dengan perkantoran berbagai instansi pemerintah maupun swasta, sehingga diharapkan Ayam Goreng Fatmawati dapat menjadi salah satu alternatif kuliner yang dapat diandalkan untuk memenuhi selera makan warga Cirebon.
Menempati sebuah rumah yang dirombak, namun tetap tidak menghilangkan suasana makan di rumah sendiri. Dilengkapi dengan lesehan dan mushola, Ayam Goreng Fatmawati cabang Cirebon menjadi tempat yang pas untuk menghabiskan waktu makan malam bersama keluarga, rekan kerja atau sekedar bercengkrama dengan teman-teman.
Bagi yang mendambakan makan masakan Ayam Goreng Fatmawati di rumah sendiri atau tidak ada waktu untuk meninggalkan meja kerja, tinggal dial 0231-246236 untuk delivery service.
KOTA Sentani sebagai Ibukota Kabupaten Jayapura beberapa tahun terakhir ini menunjukan, pertumbuhan yang sangat pesat. Selain pertumbuhan penduduknya, perkembangan usaha ekonomi dan kepercayaan investor untuk mengembangkan usaha di Kota Sentani juga meningkat cukup tajam. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya ruko, dan satu mall terbesar besar Sentani City Square (SCS), yang bisa dikatakan lebih besar dari mall-mall yang ada di Ibukota Provinsi Papua, Kota Jayapura. Sejumlah usaha dan produk branded atau bermerk yang biasa ada kota-kota besar di Jawa, saat ini juga sudah mudah untuk di dapati di Kota Sentani. Masyarakat Papua, khususnya kota Jayapura, tak perlu jauh-jauh ke Jawa, hanya untuk membeli satu produk tertentu, karena hampir semua sudah bisa ditemukan di Sentani (Radar Timika).
Setelah membuka cabang di Nangroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Pontianak, Bali, Restoran Ayam Goreng Fatmawati (AGF) mengukuhkan diri sebagai restoran franchise yang bercita-cita dapat melayani seluruh masayarakat Indonesia dimanapun berada. Saat ini memang tak hanya penduduk Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surabaya dan kota-kota tersebut di atas. AGF kini hadir di Sentani City Square untuk melengkapi alternatif kuliner di Papua, terutama di Sentani dan sekitarnya. AGF hadir dengan pilihan menu masakan tradisional dengan cita rasa dan kualitas service standard service excellent.
Interior, furniture, lighting dan layout-pun kami design khusus untuk masyarakat Papua yang heterogen, mulai dari penduduk asli, pendatang dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ekspatriat yang merupakan professional di beberapa perusahaan besar di Papua dapat dengan nyaman menikmati menu-menu special AGF di Sentani City Square.
Kami berkeyakinan bahwa AGF dapat diterima dengan baik di Sentani. Karena itu, selain melayani konsumen yang datang langsung ke lokasi restoran, kami juga melayani jasa delivery order lewat nomor telpon ?0967-593 261. Jadi, jangan khawatir jika kesibukan di kantor tidak bisa ditinggalkan sementara, lantas kesempatan menikmati menu-menu AGF terlewatkan. Tinggal angkat telpon, sebutkan pesanan Anda, lalu kamipun meluncur ke lokasi untuk mengantarkan pesanan Anda.
Itulah gambaran 4 orang yang berteman (yang satu sedang pegang kamera), saat makan di Ayam Goreng Fatmawati cabang Jl. Kedunghalang No. 168 Bogor ini. Mereka bertiga mulai memesan makanan dengan cara “Memilih” sendiri apa yang akan mereka santap pada siang yang lapar itu. Pilihanpun jatuh pada ayam, bakwan jagung, lalap, sambal, tempe, pepes jamur, cumi dan untuk memuaskan nafsu makan yang menggelora, masing-masing memesan 1 porsi sop iga yang harganya tak lebih dari Rp. 15.000,- per porsi, jauh lebih murah dibandingkan di restoran lainnya.
Menunggu sebentar, makananpun tiba di hadapan. Kontan meja yang berukuran 1,2 x 1,2 meter itupun langsung sesak dengan piring, mangkuk, gelas dan botol yang berisi makanan dan minuman yang barusan dipesan. Setelah berrdo’a, tangan-tangan terampil merekapun mulai tertuju pada hidangan itu untuk kemudian suap demi suap mulai ngisi rongga perut yang saat itu sedang lapar kronis. Kombinasinya begitu pas, sehingga tak terasa di atas piring hanya tinggal meninggalkan logo Ayam Goreng Fatmawati di salah satu sisinya. Makanannya sudah ada di perut kami masing-masing.
Tak ada kekhawatiran menyantap semuanya, karena jeruk hangat mengakhiri santap siang kami saat itu. Sop iga tanpa lemak yang barusan kami santap, pasti luruh dengan asam segarnya jeruk hangat, apalagi kombinasi wortel dan lalap segar lainnya. Dijamin sehat pencernaan kita…
Pak…Bu…sebelum dibereskan dan dirapihkan piring-piring kotornya, ayo kita foto dulu untuk menggambarkan betapa nikmat dan lahapnya makan di Ayam Goreng Fatmawati. Tuh lihat, kucingpun tak akan kebagian…
“Kita lawan Fast Food dengan Slow Food”, begitu kira-kira kampanye yang dirintis Carlo Petrini, seorang jurnalis asal Italia yang terusik dengan makin maraknya serbuan fast food di seluruh belahan bumi pada tahun 1986. Petrini boleh berbangga saat ini, karena telah begitu banyak restoran penyedia slow food yang dapat bersaing dengan gempuran fast food yang dianggap Petrini sangat merusak itu.
Kini, kerja keras itu tergambar di salah satu gerai Ayam Goreng Fatmawati di Batam. Seorang publik figur dengan bangga bersantap bersama teman-temannya di Ayam Goreng Fatmawati cabang Nagoya Hil. Bukan cuma itu, “
Hijau Daun” yang getol mengkampanyekan GoGreen, cinta lingkungan, cegah pemanasan global melalui aksi panggung-nya dalam sebuah pentas musik, tak ragu menyantap hidangan Ayam Goreng Fatmawati yang diolah dari bahan alami yang segar dan terjaga kualitasnya.Jika para pembaca pernah nonton salah satu episode Oprah Winfrey Show di MetroTv, seorang ahli diet bahkan menerapkan kamus yang sangat sederhana untuk menjaga pola makannya agar tetap sehat. “Tanya nenek Anda, apakah nenek Anda mengetahui ada makanan tersebut saat usianya masih muda? Jika tidak, hampir dapat dipastikan bahwa makanan tersebut telah mengalami pengolahan yang menurunkan nilai nutrisi, penambahan bahan tambahan kimia dan lain-lainnya. Kesimpulannya, segera kurangi mengkonsumsi makanan-makanan yang tidak Nenek Anda kenal tersebut”
Sungguh sesederhana itu, tapi maknanya sungguh dalam. Nenek moyang kita yang belum mengenal pengawet, pewarna buatan, bahan sintetis atau apapun namanya yang ditambahkan pada saat pengolahan makanan, bukan hanya bertujuan memenuhi nafsu makannya, tetapi juga tanpa sengaja dengan pengalaman yang dimilikinya, segala khasiat dari racikannya masuk ke dalam tubuh. Masakan leluhur memang tak pernah membosankan, tak akan pernah lekang waktu, karena itu suatu hal yang sangat wajar jika kita mulai kembali ke masakan tradisi.